NEWSFEED.ID — Tanaman merah (Pandanus conoideus Lam.) merupakan tanaman endemik yang tumbuh di wilayah timur Indonesia yaitu Papua. Tanaman endemik yang secara alami hanya tumbuh di wilayah geografis tertentu. Umumnya buah ini dimanfaatkan sebagai sumber bahan makanan, zat pewarna alami, serta bahan baku obat tradisional terutama bagi masyarakat Papua yang bermukim di pegunungan Jayawijaya. (Sangkala, Jura, & Tangkas, 2014). Buah merah tersusun atas metabolit sekunder, diantaranya karotenoid, tokoferol, beta-karoten, alpha-tokoferol, serta beragam asam lemak seperti asam oleat, asam linoleat, dan asam dekanoat.
Berdasarkan penelitian lain oleh Sandhiutami (2012) mengemukakan bahwa keberadaan senyawa fenolik yang berkontribusi sebesar 36,41% terhadap aktivitas antioksidan, senyawa flavonoid yang berkontribusi sebesar 44,84% terhadap aktivitas antioksidan. Hal inilah yang menunjukkan buah merah mengandung kadar antioksidan yang tinggi. Contoh senyawa fenol yakni tokoferol dan flavonoid pada buah merah mampu menstimulasi antioksidan primer.
Keajaiban buah merah sebagai penyembuh di beberapa penyakit seperti HIV/AIDS, darah tinggi, asam urat, kanker, dan tumor sempat menuai pro dan kontra mengingat diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai kandungan senyawa bioaktif dalam buah merah, namun terlepas dari kontroversi ini buah merah memang layak dijadikan sebagai ramuan empiris (Wiryanto & Mulyono, 2005).
Antioksidan sendiri terbagi ke dalam dua jenis yaitu antioksidan alami dan antioksidan sintetis. Antioksidan alami adalah senyawa yang secara alami terkandung dalam tumbuhan dan hewan yang berfungsi melindungi sel tubuh dari kerusakan radikal bebas. Contoh dari antioksidan alami yaitu asam askorbat (vitamin C) yang didapatkan dari buah jeruk, tokoferol (vitamin E) yang didapatkan dari minyak biji bunga matahari, karotenoid yang didapatkan dari wortel, polifenol yang didapatkan dari buah kakao, serta glutathione yang didapatkan dari brokoli.
Antioksidan sintetis adalah senyawa yang diproduksi secara kimia untuk mencegah oksidasi baik produk makanan, kosmetik, serta farmasi. Contoh dari antioksidan sintetis yaitu Butylated HydroxyToluene (BHT) dan Butylated HydroxyAnisole (BHA) (Saharuddin & Kondolele, 2020).
Mengenal Bahaya Radikal Bebas
Radikal bebas merupakan atom yang memiliki satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan sehingga radikal bebas bersifat sangat reaktif dan tidak stabil. Radikal bebas bekerja dengan mengambil elektron dari molekul lain di tubuh sehingga menyebabkan kerusakan DNA, membran sel, dan protein. Kerusakan tersebut yang memicu penyakit degeneratif seperti penyakit katarak, kanker, diabetes, serta jantung koroner (Kurniawati & Sutoyo, 2021).
Jika paparan radikal bebas melebihi kadar yang dapat diproses oleh tubuh, maka tubuh akan mengalami stres oksidatif. Stres oksidatif merupakan pemicu dari penyakit-penyakit kronis akibat ketidakseimbangan kinerja tubuh ketika menetralkan radikal bebas dengan antioksidan (Fakriah, Kurniasih, Adriana, & Rusydi, 2019).
Saat ini kesadaran masyarakat Indonesia terhadap radikal bebas tergolong rendah karena masyarakat yang belum memahami bahaya radikal bebas meskipun sosialisasi telah didorong oleh generasi muda melalui kampanye berupa infografis atau reels menarik di sosial media. Tubuh manusia tidak memiliki sistem pertahanan yang cukup untuk menghalau paparan radikal bebas. Oleh karena itu, tubuh memerlukan antioksidan eksogen yang diperoleh dari metabolit sekunder untuk melawan dampak negatif radikal bebas pada kulit.
Jenis-Jenis Antioksidan dalam Buah Merah
Tokoferol terutama alpha-tokoferol bekerja dengan menyisipi hati melalui kilomikron sehingga alpha-tokoferol dapat menembus Very Low Density Lipoprotein (VLDL). Proses ini mampu mencegah peroksidasi lipid yang merusak membran sel. Berkat kemampuannya, penggunaan tokoferol dapat mengurangi efek penuaan dini dengan menghalangi pembentukan oksigen reaktif yang dipicu oleh paparan sinar UV kemudian meningkatkan aktivitas antiinflamasi antipenuaan (Putri, et al., 2024).
Karotenoid yang terkandung dalam buah merah memiliki cincin alpha yang akan diproses dalam tubuh untuk berubah menjadi vitamin A dengan bantuan enzim 15,15’-dioksigenase menjadi retinal. Retinal akan disusutkan menjadi retinol. Retinol ini akan disimpan di hati sebagai cadangan melalui getah bening. Retinol memiliki fungsi yang baik untuk penglihatan dan pemeliharaan sistem imun (Palupi & Martosupono, 2009).
Beta-karoten merupakan jenis karotenoid yang dominan ditemukan dalam buah merah. Βeta-karoten merupakan metabolit sekunder golongan karetonoid yang menghasilkan pigmen berwarna merah. Metabolit ini mampu memperbaiki penumpukan plak di arteri (aterosklerosis) dengan mengonversikan vitamin A melalui enzim beta-carotene oxygenase 1 (BCO1). Prinsip asam retinoat yaitu menurunkan sekresi lipid hati agar kadar lipid darah menjadi lebih rendah sehingga mengurangi pembentukan komponen utama aterosklerosis pada dinding arteri (Zhou, et al., 2020).
Jika sistem peredaran darah mengalir lancar, maka daya tahan fisik akan menguat serta menurunkan risiko penyakit jantung koroner. Buah merah memiliki zat pewarna yang dihasilkan dari karotenoid dapat digunakan sebagai bahan pewarna alami dalam produk makanan dan minuman.
Salah satu parameter fisik yang menunjukkan kadar karetonoid dapat terlihat pada tingkat kematangan buah tersebut. Semakin berwarna merah, maka semakin tinggi kadar beta-karoten (Octaviani, Guntarti, & Susanti, 2014). Zat ini tidak hanya bersifat lebih aman daripada pewarna sintetis, tetapi meningkatkan efektivitas sebagai provitamin A.
Buah merah mengandung beberapa asam lemak yang bertugas pada imunomodulator tubuh. Asam oleat merupakan asam lemak tak jenuh tunggal yang berfungsi meningkatkan aktivitas enzim antioksidan alami seperti superoksida dismutase (SOD). Enzim superoksida dismutase (SOD) mampu melindungi sel dari aktivitas senyawa oksigen reaktif (ROS). Ketika tubuh mengalami stres oksidatif maka akan terjadi penurunan fungsi enzimatik SOD yang berpotensi merusak sel (Sandhiutami, Desmiaty, & Anbar, 2016).
Asam linoleat merupakan asam lemak tak jenuh ganda yang termasuk ke dalam asam amino esensial sehingga perlu diperoleh dari tumbuhan serta asam dekanoat merupakan asam lemak rantai sedang yang bersifat antimikroba.
Pemanfaatan Buah Merah di Industri Farmasi
Pemanfaatan buah merah kini tidak berpusat pada industri pangan, namun menjangkau industri farmasi yang meliputi obat herbal dan kosmetik. Buah merah dapat diekstrak menjadi minyak buah merah. Minyak buah merah terbukti menurunkan kadar LDL, kadar kolesterol total, kadar trigliserida, serta meningkatkan kadar HDL sehingga terjadi homeostasis kolesterol dalam darah (Agnesa, Waluyo, Prihatin, & Lestari, 2017).
Selain itu, buah merah dapat dikapsulasi menjadi suplemen atau dikombinasikan dengan obat herbal lain seperti jamu. Senyawa tokoferol dan flavonoid yang memperkuat sistem imun dapat diproduksi menjadi fitofarmaka yang telah teruji keamanannya. Pada industri kecantikan, kandungan antioksidan buah merah dapat diformulasikan dalam bentuk krim wajah, body lotion, lip balm, facial oil, dan tabir surya.
Kandungan antioksidan akan menutrisi, menenangkan, dan menangkal efek buruk sinar UV. Selain itu, warna merah ini menambah keunikan suatu produk kosmetik tanpa meninggalkan ciri khas dari buah merah. Dengan segala kandungan aktif dan khasiat, buah merah tidak hanya memiliki nilai gizi tinggi, tetapi berpotensi besar sebagai komoditas lokal yang bernilai strategis untuk dikembangkan secara berkelanjutan.
Penulis: Ashilah Putri Wahyudi, Mahasiswa Program Studi Farmasi