OpiniPendidikan

Kebugaran, Lokomotif Bisnis Baru yang Bertumbuh di Tengah Kota

Avatar photo
119
×

Kebugaran, Lokomotif Bisnis Baru yang Bertumbuh di Tengah Kota

Sebarkan artikel ini

NEWSFEED.ID, Bogor — Hampir setiap pagi, kawasan Sudirman dipenuhi oleh puluhan pelari dari berbagai latar belakang, mulai dari pelajar hingga pekerja kantoran, yang rela bangun lebih awal demi menjaga kebugaran dan meningkatkan daya tahan tubuh. Fenomena ini telah menjadi pemandangan rutin yang mencerminkan perubahan gaya hidup masyarakat pascapandemi. Pergeseran ini juga mempengaruhi pola berbelanja, cara bersosialisasi, hingga pilihan karier banyak orang di Indonesia.

Data Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mencatat, nilai total ekonomi olahraga di Indonesia pada tahun 2024 telah menembus Rp39,45 triliun, sebuah angka yang menegaskan bahwa kebugaran bukan lagi hobi, melainkan sektor bisnis yang sangat serius.

Lonjakan Pasar dan Peran Digital

Laporan Kemenpora menunjukkan Indeks Partisipasi Olahraga masyarakat terus menanjak. Peningkatan kesadaran ini menjadi peluang emas yang direspons cepat oleh wirausahawan, dari startup teknologi hingga industri makanan.

“Dulu, fokus kami memang hanya pada rasa makanan. Namun kini, konsumen semakin peduli pada klaim kesehatan dan kejelasan label produk,” ujar salah satu pemilik usaha katering sehat rumahan, saat ditemui. Produk makanan dengan klaim kesehatan seperti rendah kalori, tinggi protein, dan bebas pengawet semakin diminati, menggantikan dominasi makanan cepat saji biasa.

Tren ini didukung oleh generasi milenial dan Gen Z, yang memandang kesehatan sebagai investasi penting dan mencari solusi kebugaran yang menyeluruh serta terintegrasi, bukan sekadar tempat gym.

Ekosistem ini menjadi motor penggerak bisnis kebugaran masa depan. Digitalisasi memiliki peran sentral melalui aplikasi kebugaran yang menyediakan tidak hanya video latihan, tetapi juga panduan nutrisi, konektivitas dengan smartwatch, serta akses ke pelatih pribadi virtual. Konsep ini menghadirkan layanan yang dipersonalisasi sesuai kebutuhan individu, sebuah inovasi yang semakin diminati dan melengkapi layanan kebugaran konvensional.

Kekuatan Komunitas dan Makanan Sehat Rumahan

Potensi bisnis kebugaran tidak hanya terlihat di ibu kota, namun juga di kota-kota satelit seperti Bogor, tempat penulis melakukan observasi. Di sana, model bisnis yang paling berkembang adalah yang berbasis komunitas dengan sistem pendampingan secara langsung.

“Masyarakat membutuhkan lebih dari sekadar produk, mereka juga menginginkan dukungan dan pendampingan yang membantu mereka menjaga konsistensi dalam menjalani gaya hidup sehat,” kata seorang pegiat wellness di Bogor. Fenomena ini terlihat jelas pada program-program kecil seperti “Sarapan Sehat”, “Tantangan Turun Berat Badan 30 Hari”, atau komunitas lari sore. Model bisnis ini sederhana, namun terbukti sukses membuat anggota tetap terikat dan berlangganan karena adanya dukungan sosial dan motivasi harian.

Aspek kunci yang mendukung keberhasilan adalah makanan sehat. Teh Ninuk, pelaku usaha kebugaran, mengelola klub kebugaran dan nutrisi di kecamatan Leuwiliang, Bogor. Perjalanannya dimulai saat menghadapi tantangan obesitas sebagai ibu rumah tangga, kemudian melalui bimbingan coach, ia berhasil menjalani transformasi gaya hidup sehat. Dorongan inilah yang membawanya mendirikan klub berbasis komunitas di daerah asalnya.

Kini, selain melanjutkan usaha klubnya, Teh Ninuk juga mulai berekspansi ke produk makanan beku sehat sebagai pelengkap layanan klub. “Permintaannya tinggi, terutama dari kalangan pekerja muda. Mereka mau makanan bernutrisi, tapi tidak punya waktu lama untuk masak,” jelas Teh Ninuk. “Kami fokus pada makanan dengan klaim tinggi protein dan rendah kalori, seperti bakso protein, dimsum sehat”.

Ini menunjukkan bahwa pengusaha kecil dapat mengambil peran signifikan. Mereka mengisi celah antara katering mahal dan makanan cepat saji yang kurang sehat. Dengan fokus pada kebersihan, kepercayaan, dan klaim kesehatan yang jelas, bisnis rumahan dapat menjadi fondasi rantai pasok wellness yang kredibel.

Peluang di Tengah Tantangan

Meski industri ini sedang booming, Kemenpora mencatat pekerjaan rumah yang besar, yakni sebanyak 55,5% masyarakat Indonesia masih masuk kategori kebugaran jasmani yang sangat rendah. Angka ini menjadi tantangan besar bagi kesehatan masyarakat. Namun di sisi bisnis, ini menunjukkan adanya pasar yang sangat luas dan belum tergarap maksimal.

Dengan demikian, kesempatan inovasi masih terbuka lebar, khususnya bagi para pengusaha muda yang menitikberatkan pada edukasi dan kemudahan akses. Peluang bisnis yang menjanjikan meliputi:

  1. Healthy Catering dan Frozen Food Lokal: Menawarkan solusi praktis dengan bahan baku lokal berkualitas yang tetap menjaga nilai gizi.
  2. Komunitas Digital: Platform kecil yang menyediakan tantangan dan pelatihan pribadi secara virtual dengan biaya terjangkau.
  3. Kolaborasi Lokal: Bekerja sama dengan gym kecil, pelatih bersertifikat, atau petani organik untuk menciptakan ekosistem bisnis yang terintegrasi.

Kebugaran sebagai Kebutuhan Pokok Baru

Kebugaran kini menempati posisi penting dalam kehidupan masyarakat perkotaan. Peningkatan partisipasi olahraga, kemajuan teknologi, serta berkembangnya bisnis makanan sehat dan komunitas kebugaran menunjukkan bahwa sektor ini terus bergerak ke arah yang lebih matang. Dengan pertumbuhan yang stabil dan pasar yang semakin luas, industri wellness diproyeksikan tetap menjadi salah satu sektor yang berpengaruh dalam dinamika gaya hidup dan ekonomi urban.

Penulis: Ahmad Faiz Zakaria, Mahasiswa STMIK Tazkia Bogor Jurusan Sistem Informasi

Editor: Fuad Parhan, Tim NewsFeed.id