NEWSFEED.ID, Kabupaten Semarang — Di tengah arus globalisasi dan perkembangan teknologi yang pesat, kita dihadapkan pada tantangan serius dalam membentuk karakter dan budi pekerti generasi muda. Nilai-nilai moral dan etika sering kali tergerus oleh budaya instan dan materialisme.
Sungguh kita perlu mencari solusi efektif yang tidak hanya mengajarkan kognitif, tetapi juga menguatkan fondasi spiritual dan kultural siswa. Macapat bukan sekadar lantunan nada, melainkan sebuah sastra pitutur (sastra nasihat) yang berpotensi besar untuk diangkat kembali sebagai sarana utama pendidikan moral dan budi pekerti di sekolah.
Menyingkap Kedalaman Nilai dalam Tembang Macapat
Macapat menawarkan kedalaman filosofis dan metodologis yang relevan dengan tujuan pendidikan karakter. Representasi Siklus Kehidupan (Filsafat Tembang) secara struktural, 11 jenis tembang Macapat (Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmarandana, Gambuh, Dhandhanggula, Durma, Pangkur, Maskumambang, Megatruh, dan Pocung) dipercaya merefleksikan tahapan hidup manusia dari lahir hingga meninggal. Misalnya: Mijil (lahir), Sinom (muda), Pangkur (Menjauhkan diri dari hawa nafsu dunia ) dan Pocung (kematian).
Mengajarkan urutan tembang ini berarti memperkenalkan siswa pada konsep eksistensi dan tanggung jawab dalam setiap fase kehidupan, menanamkan kesadaran bahwa hidup memiliki makna dan tujuan. Melalui kegiatan Macapat, siswa tidak hanya belajar moral, tetapi juga mengasah keterampilan afektif dan berbahasa. Siswa didorong untuk memahami guru gatra (jumlah baris), guru wilungan (jumlah suku kata), dan guru lagu (bunyi vocal akhir) yang secara tidak langsung melatih disiplin, ketelitian, dan daya ingat. Selain itu, pengenalan bahasa Jawa Krama Alus dalam tembang turut memperkaya kemampuan berbahasa siswa, mengajarkan sopan santun dalam berkomunikasi yang merupakan inti dari budi pekerti.
Pemerintah, sekolah, dan khususnya guru, harus berani merevitalisasi Macapat sebagai bagian integral dari pendidikan. Bukan hanya sebagai pertunjukan seni, tetapi sebagai kurikulum hidup yang mengajarkan siswa untuk menjadi manusia sejati yang beretika, berbudaya, dan bertanggung jawab.
Penulis: Muhsyilawati (137242001), Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Komputer dan Pendidikan, Universitas Ngudi Waluyo.