NEWSFEED.ID, SEMARANG – Di tengah semangat pemberdayaan warga yang terus digalakkan melalui kegiatan PKK di Kelurahan Sambiroto, Kecamatan Tembalang, hadir sebuah inisiatif yang menawarkan pendekatan berbeda dalam mendukung efektivitas program.
Muhammad Daffa Alvintra, mahasiswa Program Studi Ilmu Pemerintahan FISIP Universitas Diponegoro, merancang program berbasis evaluasi digital melalui Google Form sebagai bentuk dukungan terhadap kegiatan edukasi dan pelatihan TOGA, khususnya produk jahe bubuk untuk pencegahan sindrom metabolik.
Program ini bukanlah respons mendadak atas kegiatan yang sedang berlangsung, melainkan telah dirancang jauh hari sebelumnya sebagai sistem evaluatif untuk mendukung keberlangsungan dan perbaikan kegiatan kelompok KKN yang bertema “Pemanfaatan TOGA Menjadi Produk Jahe Bubuk untuk Pencegahan Sindrom Metabolik melalui Edukasi dan Digitalisasi Kesehatan.”
Pada Jumat, 18 Juli 2025, ibu-ibu PKK Kelurahan Sambiroto mengikuti Workshop Produk Herbal Jahe Bubuk, pelatihan yang dipadukan dengan edukasi seputar TOGA, sindrom metabolik, dan strategi pemasaran. Program evaluasi digital ini hadir untuk mengukur bagaimana persepsi warga terhadap kegiatan tersebut, apakah materi telah tersampaikan dengan baik, serta apakah warga merasa terlibat dan mendapatkan manfaat nyata.
Daffa melihat adanya kekosongan dalam praktik evaluasi partisipatif yang sering kali terlewat dalam kegiatan komunitas. Maka lahirlah gagasan untuk menyusun sistem umpan balik berbasis Google Form, yang dirancang dengan pendekatan anonim, mudah diakses, dan ramah pengguna, khususnya bagi ibu-ibu PKK yang sudah terbiasa menggunakan gawai dan internet.
“Saya melihat bahwa kegiatan PKK di sini sudah sangat aktif dan bagus. Tapi terkadang, tidak ada ruang yang cukup aman untuk menyampaikan masukan. Padahal, suara warga adalah bahan bakar utama untuk menyempurnakan program ke depan,” jelasnya.
Google Form Jadi Jembatan Suara Warga
Melalui tautan dan QR code yang disebarluaskan, sebanyak 18 ibu-ibu PKK memberikan respon terhadap 16 pertanyaan yang menggali pandangan mereka tentang kegiatan edukatif dan pelatihan produk tanaman herbal tersebut. Mayoritas responden menyatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat dan relevan dengan kebutuhan mereka.
Tak hanya menambah pengetahuan mengenai manfaat jahe sebagai tanaman herbal untuk hipertensi, warga juga mulai memahami pentingnya pengolahan TOGA sebagai potensi usaha rumahan.
Dari aspek penyampaian materi, responden menyebutkan bahwa bahasa yang digunakan sudah mudah dipahami, dan metode visual serta pendekatan kontekstual memudahkan mereka dalam memahami topik yang sebelumnya dianggap rumit, seperti sindrom metabolik.
Edukasi strategi pemasaran juga menjadi daya tarik tersendiri, terutama bagi ibu-ibu muda yang tertarik mencoba peluang usaha dari rumah.

Yang paling mencolok adalah respon warga terhadap sistem evaluasi digital itu sendiri. Banyak dari mereka merasa lebih nyaman menyampaikan pendapat secara anonim dibandingkan dengan forum terbuka. “Biasanya kalau ada acara, kita cuma bilang bagus-bagus aja. Tapi kali ini bisa lebih jujur karena anonim. Enak, nggak sungkan,” ungkap salah satu responden.
Inisiatif Kecil, Dampak Berkelanjutan
Program evaluasi ini memang tidak bersifat teknis, namun memegang peran penting sebagai support system yang mendukung proses refleksi dan perbaikan berkelanjutan (continuous improvement) dalam kegiatan masyarakat. Menurut Daffa, kegiatan komunitas seperti PKK tak hanya butuh pelatihan dan pelaksanaan, tetapi juga mekanisme untuk mendengar suara warga secara konsisten. “Kalau kita ingin kegiatan warga punya dampak jangka panjang, maka suara warga harus selalu masuk dalam proses,” ujarnya.
Sebagai luaran, program ini menghasilkan dokumen evaluasi yang mencakup rekap data kuesioner, dan temuan utama,. Dengan dokumen tersebut, pengurus PKK memiliki alat bantu monitoring yang lebih sistematis, serta bisa melakukan penyesuaian program secara adaptif berdasarkan kebutuhan nyata warga.
Membangun Budaya Partisipatif dari Hal Sederhana
Inovasi sederhana ini menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi digital mampu menjadi sarana yang efektif untuk mendorong partisipasi aktif warga dalam proses pengambilan keputusan di lingkungan komunitas. Di tengah padatnya agenda kegiatan KKN yang umumnya berfokus pada program-program teknis, kehadiran pendekatan reflektif ini memberikan nuansa berbeda. Justru melalui upaya mendengarkan aspirasi dan melakukan evaluasi bersama, akar dari pemberdayaan masyarakat dapat semakin diperkuat.

Dengan pendekatan inklusif, praktis, dan tidak menggurui, Daffa menghadirkan contoh bahwa keberhasilan program bukan hanya diukur dari output kegiatan, tetapi juga dari sejauh mana warga merasa dilibatkan dan memiliki suara dalam arah pembangunan komunitas mereka. “Saya cuma ingin warga punya ruang untuk bicara jujur. Ternyata, dari kejujuran itu kita bisa belajar banyak,” pungkasnya.