NEWSFEED.ID, SEMARANG — Kelompok 1 Tim 111 KKN Tematik Universitas Diponegoro telah sukses melaksanakan kegiatan KKN di Lapas Perempuan Semarang dari bulan Mei hingga Juni 2025. Kegiatan ini melibatkan 15 mahasiswi dari berbagai fakultas di Universitas Diponegoro. Kegiatan KKN didampingi oleh Koordinator Dosen Pembimbing Lapangan Ibu Megah Andriany, S.Kp., M.Kep., Sp.Kom., Ph.D (Fakultas Kedokteran), serta Dosen Pembimbing Lapangan yaitu Ibu Emy Handayani, S.H., M.Hum (Fakultas Hukum), Ibu Dr. Dewi Erowati, S.Sos., M.Si (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik), dan Bapak Dr. Indra Waspada, S.T., M.TI (Fakultas Sains dan Matematika). Selain itu, terdapat juga Pembimbing dari pihak Lapas yaitu drg. Femi Irianti. Kolaborasi lintas disiplin ilmu dari dosen dan mahasiswi peserta KKN dilakukan untuk memberikan hasil optimal dalam membangun ketahanan diri warga binaan pascabebas.
Program KKN yang dilakukan di Lapas Perempuan Semarang melibatkan mahasiswi dari berbagai multidisiplin, baik dari rumpun soshum, yaitu Hukum, Administrasi Publik, Akuntansi, dan Ilmu Perpustakaan, maupun dari rumpun saintek, yaitu Keperawatan dan Informatika. Seluruh program kegiatan dirancang untuk meningkatkan pemahaman Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) terhadap materi yang disampaikan serta membekali mereka dengan keterampilan baru yang dapat dimanfaatkan sebagai peluang mata pencaharian setelah bebas. Sebagai luaran, booklet yang berisi seluruh materi yang telah disampaikan juga akan diserahkan kepada WBP untuk menjadi panduan komprehensif dan referensi berkelanjutan dalam proses reintegrasi sosial mereka.
Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan peserta KKN selama di Lapas Perempuan Semarang menunjukkan hasil akhir yang memuaskan, baik di dalam rumpun ilmu soshum ataupun saintek. Hasil ini didapatkan dari post test yang dilakukan setelah rangkaian kegiatan pelatihan dan sosialisasi KKN dilakukan.
Rumpun Soshum
- Ilmu Perpustakaan: Program “Gerakan Literasi Bersama WBP” menunjukkan 12 dari 21 WBP mampu menyimpulkan informasi dengan baik, meskipun 9 WBP masih memerlukan pendampingan. Sementara itu, “Pembuatan Portofolio dan CV WBP” mencatat skor post-testtertinggi 89,52% terkait keinginan agar program berlanjut, dan terendah 82,86% terkait kemandirian pembuatan CV dan portofolio, mengindikasikan perlunya tindak lanjut.
- Akuntansi: Program “Sosialisasi dan Simulasi Membangun Bisnis Pasca-Bebas dengan Pendekatan Business Model Canvas(BMC)” menunjukkan hasil positif. 17 dari 21 WBP mengalami peningkatan signifikan dalam pemahaman (89%), identifikasi potensi usaha (90%), pemahaman 9 komponen BMC (88,6%), kemampuan mengisi BMC (94,3%), penyusunan langkah usaha (92,7%), serta kepercayaan diri dalam simulasi (90,5%) dan secara umum (92%).
- Administrasi Publik: Program “Edukasi Akses Layanan Administrasi dan Pemerintahan Pascabebas” berhasil meningkatkan pemahaman WBP. Hasil post-testmenunjukkan 94,29% WBP memahami pentingnya dokumen (KTP, KK, BPJS), 88,57% mengerti langkah pengurusan dan instansi yang perlu didatangi, serta 85,71% memahami Mal Pelayanan Publik. Sebanyak 87,62% WBP juga yakin dapat mengurus administrasi secara mandiri pascabebas.
- Hukum: Sosialisasi dan edukasi terkait akses bantuan hukum, strategi menghadapi diskriminasi, hak dasar warga binaan, dampak residivisme, pentingnya identitas hukum, pemanfaatan media sosial, pengenalan UU ITE, perlindungan hukum di era digital, dan kampanye anti-judi onlinememberikan dampak positif. Sebanyak 89,52% WBP merasa siap menyambut kehidupan pasca-bebas, mencerminkan bekal pengetahuan dan motivasi yang berhasil diberikan.
Rumpun Saintek
- Informatika: Program “Sosialisasi Booklet Pengenalan AI” mendapat tanggapan sangat positif. Mayoritas WBP (di atas 85%) memahami dasar AI, potensi pemanfaatannya pasca-bebas, dan mampu menyusun prompt Kesadaran keamanan data pribadi dan keyakinan menggunakan AI secara mandiri mencapai 95,24%. Hal ini menunjukkan potensi adaptasi WBP terhadap teknologi baru melalui pendekatan sederhana dan aplikatif, menjadi bekal esensial untuk tantangan digital dan pengembangan usaha mandiri.
- Keperawatan: Program terapi mindfulness, yoga standing flow, latihan napas dalam, dan lilin aromaterapi terbukti menurunkan tingkat stres WBP dari 10% menjadi 4,8%, dan kecemasan berat dari 40% menjadi 33,4% (berdasarkan DASS 21). Program foot massagedan yoga standing flow juga meningkatkan kesejahteraan fisik WBP dengan penurunan kondisi fisik buruk dari 31,8% menjadi 4,8%, dan peningkatan kondisi fisik cukup baik dari 63,6% menjadi 76,2% (WHOQOL-BREF domain fisik). Edukasi Kesehatan Fisik Berbasis Praktik turut meningkatkan self-care dan perawatan diri mandiri, meningkatkan kualitas hidup pada domain fisik WBP; 76,2% memiliki kualitas hidup fisik cukup baik, 19% baik, dan hanya 4,8% buruk. Terakhir, program Motivational Interviewing, pembuatan Vision Board, serta edukasi penyebab relapse dan cara pencegahannya menunjukkan dampak positif dan efektif, dengan peningkatan kesiapan perubahan diri WBP (persentase pada tahap kontemplasi naik dari 80% menjadi 90,5%, dan tahap prekontemplasi menurun tajam dari 20% menjadi 4,8% berdasarkan URICA).
Kegiatan KKN di Lapas Perempuan Semarang berhasil membekali dan meningkatkan ketahanan diri warga binaan untuk kehidupan pasca-bebas. Program-program soshum membekali mereka dengan keterampilan literasi, bisnis, administrasi pemerintahan, dan hukum untuk reintegrasi sosial. Sementara itu, program saintek memperkenalkan AI untuk adaptasi teknologi dan memberikan intervensi keperawatan seperti mindfulness dan edukasi kesehatan fisik untuk mengurangi stres, meningkatkan kesejahteraan, dan memotivasi perubahan positif pada warga binaan agar lebih siap menghadapi kehidupan di luar lapas.
Keterlibatan aktif Lapas Perempuan Semarang dan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) sangat berperan besar dalam kesuksesan KKN Tematik ini. Sejak awal perencanaan, pihak Lapas telah menunjukkan dukungan penuh dalam memfasilitasi setiap kegiatan, memastikan kelancaran sosialisasi dan pelatihan. Antusiasme WBP juga terlihat dari keaktifan mereka dalam setiap sesi kegiatan. Karya-karya yang dihasilkan WBP selama program KKN ini, mulai dari kerajinan tangan hingga portofolio, nantinya dapat mereka bawa pulang dengan harapan dapat menjadi bekal berharga untuk memulai lembaran baru di masyarakat.
Drg. Femi Irianti selaku Dokter di Lapas Perempuan Semarang berharap bahwa program KKN Tematik ini bukan sekadar kegiatan sesaat, melainkan dapat memberikan manfaat yang berkelanjutan dan dapat diimplementasikan secara nyata pascabebas oleh para WBP. Mereka menaruh harapan besar agar keterampilan dan pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan KKN dapat menjadi bekal bagi para WBP untuk kembali berintegrasi dengan masyarakat dan membangun kehidupan yang lebih baik. Selain itu, diharapkan kegiatan KKN semacam ini dapat terus hadir di masa mendatang untuk membantu memberikan perspektif baru, dukungan moral, serta berbagai keahlian yang dibutuhkan WBP dalam proses pembinaan dan persiapan menuju kemandirian.
Penulis: Amelia Zahra Fatika, Mahasiswi Administrasi Publik UNDIP dan Andhini Tri Maulida, Mahasiswi Hukum UNDIP.